Friday, March 23, 2018

Pengertian Investasi

DAFTAR ISI
                                                                                                Halaman
Kata Pengantar .........................................................................................   i
Daftar isi ....................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................   1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................   2
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................   3
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................   3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defini Investasi ............................................................................   4
2.2 Tujuan Investasi............................................................................   5
2.3 Proses Investasi.............................................................................   6
2.3.1 Dasar Keputusan Investasi .................................................   7
2.3.2 Proses Keputusan Investasi ................................................   8
2.4 Prinsip-Prinsip Investasi Syariah..................................................   10
2.5 Faktor-faktor Pendorong Investasi .............................................   11
2.6 Sumber Risiko Investasi .............................................................   12

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................   13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................   14



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, sebanyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, setimbangan arsyi-Nya, dan sebanyak tinta (bagi kata-kata-Nya). Memang Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, bagi semua umat tanpa dibatasi oleh ruang maupun waktu. Ajarannya mencakup semua aspek kehidupan tidak terkecuali ekonomi. Pengembangan ekonomi berbasis manusia sebagai konsep ekonomi Islam serta diikuti dengan aplikasinya merupakan kebutuhan bila ingin menyelamatkan bangsa dari keterpurukan, karena pada dasarnya tujuan pembangunan ekonomi adalah mengoptimalkan harkat hidup manusia dalam mewujudkan pembangunan di segala bidang dengan cara yang halal-thayyibah.
Untuk membangun ekonomi bangsa, dibutuhkan usaha besar oleh setiap individu manusia. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk ber-muamalah seperti halnya berbisnis. Salah satu solusi Islam untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah Investasi. Islam telah mengatur suatu mekanisme dalam pengembangan harta, serta menjelaskan hukum-hukum yang harus dipatuhi atau dilarang untuk dikerjakan, dan salah satu usaha untuk pengembangan harta kekayaan adalah melalui kegiatan investasi.
Hukum asal bidang muamalah menjelaskan jika seseorang boleh berkreativitas, berinovasi seluas-luasnya sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya baik itu dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah. Sehingga, investasi sebagai suatu aktivitas muamalah juga tidak terlepas dari kaidah tersebut. Islam sangat mendorong manusia untuk melakukan investasi, hal ini dilatarbelakangi oleh landasan ajaran perintah untuk membayar zakat bagi orang yang memiliki aset yang tidak produktif, sebaliknya aset yang dikelola secara produktif tidak dikenakan kewajiban zakat. Zakat baru akan dipungut dari hasil yang telah diperoleh melalui investasi tersebut.
Setiap individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa depannya. Dengan kata lain, investasi akan memberikan kemaslahahatan untuk kesejahteraan hidup manusia.
Berdasarkan sejarahnya, dunia investasi mulai semakin ramai pada waktu kegiatan pencarian tanah jajahan dilakukan oleh negara-negara Eropa. Berita tentang penemuan dunia baru dan lahirnya berbagai ilmu pengetahuan baru membuat investasi mulai berkembang pesat. Keinginan untuk menjadi pengusaha di tanah penemuan baru membuat berbagai pihak di Eropa berlomba-lomba untuk berinvestasi di tanah tersebut.
Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian, corak dan ragam investasi juga mulai mengalami perkembangan, dari investasi yang bersifat kebendaan dan dilakukan secara langsung menjadi investasi terhadap modal atau bentuk-bentuk investasi baru seperti surat berharga, saham, obligasi dan lain-lain.
Dalam berinvestasi tentunya tidak dapat lepas dari resiko. Karena dalam setiap investasi pasti terdapat resiko yang besarnya tergantung dari jenis investasi tersebut dan pengetahuan para pihak yang terlibat dalam investasi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai Investasi dengan mengangkat judul “Pengertian Investasi”.

1.2    Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian Investasi ?
2.      Apa tujuan dari Investasi ?
3.      Bagaimana proses investasi ?
4.      Apa saja prinsip-prinsi investasi syariah ?
5.      Apa saja faktor-faktor yang menjadi pendorong investasi ?
6.      Apa saja sumber risiko dari investasi ?


1.3    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa itu investasi.
2.      Untuk mengetahui tujuan investasi.
3.      Untuk mengetahui bagaimana proses investasi.
4.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip investasi syariah.
5.      Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong investasi.
6.      Untuk mengetahui sumber risiko investasi.
1.4    Manfaat Penulisan
1.      Membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang investasi.
2.  Membantu mahasiswa dan pembaca lainnya untuk sadar pentingnya mempelajari Investasi.
3.      Menyelesaikan tugas mata Kuliah Investasi Syariah.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Investasi
Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam kamus istilah Pasar modal dan Keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dan dalam Kamus Lengkap Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat di tahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan (Huda dan Nasution, 2007 : 7).
Pendapat lainnya menjelaskan investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001:1). Sedangkan menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi seperti bunga, royalti, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan, persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi.
Lebih jauh di dalam PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2014 juga menjelaskan tentang beberapa pengertian dari hal-hal berikut.
a.    Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
b.    Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar.
c.    Investasi properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan atau dioperasikan oleh perusahaan yang berinvestasi atau perusahaan lain dalam group yang sama dengan perusahaan yang berinvestasi.
d.   Investasi dagang adalah investasi yang ditunjukan untuk mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan.

Dari Penjelasan tersebut, investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan atau coumpouding (Fahmi, 2006 : 2). Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dolar masa depan. Ini berarti adalah penanaman modal saat ini untuk diperoleh manfaatnya di masa depan (Huda dan Nasution, 2007 : 8)
Dalam aktivitasnya, menurut william f. Sharpe investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu, pertama investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua, investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi. Kedua bentuk investasi ini, William F. Sharpe menegaskan, pada perekonomian primitif hampir semua investasi lebih condong pada investasi nyata, sedangkan pada perekonomian modern, lebih banyak dilakukan investasi keuangan (Fahmi, 2006 : 3).

2.2  Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan.
Bagi investor yang mengurangi konsumsinya saat ini, maka akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut, jika diinvestasikan akan memberikan harapan meningkatnya kemampuan konsumsi investor di masa yang akan datang, yang diperoleh dari meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.
Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi (Ahmad, 2004 : 3-4), antara lain adalah:
1.    Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang  agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2.    Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau hak miliknya tidak merosok nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3.    Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.3  Proses Investasi
Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang akan dibuat. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi.
Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin  besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Di samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung (Tandelilin, 2001: 5).

2.3.1        Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko. Pada dasarnya, alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Seorang investor yang menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya memang salah satu hal yang sangat wajar. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost)  dan resiko daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa yang akan datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah berlalu maka investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang akan diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan oleh investor, yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Pada umumnya, semakin besar risiko maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan.
Dalam ilmu ekonomi dan ilmu investasi pada umumnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai risk averse investors. Investor yang seperti ini tidak akan mau mengambil risiko dalam berinvestasi jika investasi tersebut tidak memberikan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus ditanggung oleh investor tersebut.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menangggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas aset tersebut, demikian sebalinya (Tandelilin, 2001 : 6-7).

2.3.2 Proses Keputusan Investasi
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi (Huda dan Nasution, 2007 : 9-10), antara lain:
1.        Menentukan kebijakan
Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2.        Analisis sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengindentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Adapun pendapat lainnya mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka berasumsi bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian, pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas kesalahan harga tetapi didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.
3.        Pembentukan portofolio
Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus mana yang akan dinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap aset tersebut. Di sini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektivitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatiakn batasan tertentu.
4.        Melakukan revisi portofolio
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah sebelumnyan. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.
5.        Evaluasi kinerja portofolio
Pada tahapan terakhir ini, investor melalukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return  dan risiko juga standar yang relevan.

2.4  Prinsip-prinsip Investasi Syariah
Investasi yang diakui oleh hukum positif yang berlaku belum tentu sesuai dengan prinsip Islam. Ada beberapa aspek yang dimiliki dalam berinvestasi menurut pandangan Islam (Ghufron, 2005 : 17-18), yaitu :
1.    Aspek material atau finansial, artinya suatu bentuk investasi hendaknya menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
2.    Aspek kehalalan, artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang maupun prosedur yang syubhat atau haram. Suatu investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya kepada kesesatan serta sikap dan perilaku destruktif secara individu maupun sosial. Aspek kehalalan investasi mencakup hal-hal berikut :
a.       Niat atau Motivasi : Motivasi yang halal ialah transaksi yang berorientasi kepada hasil yang win-win, yaitu saling memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi.
b.      Transaksi : Transaksi bisnis yang dibenarkan adalah memenuhi syarat sebagai berikut, pihak yang bertransaksi adalah mereka yang memiliki kesadaran dan pemahaman akan bentuk dan konsekuensi transaksi, barang atau jasa yang ditransaksi adalah benda atau jasa yang halal dan diketahui karakteristik oleh para pihak yang terlibat, bentuk transaksi jelas, baik secara lisan maupun tulisan dan bisa dipahami oleh para pihak yang terlibat, serta adanya kerelaan dari para pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
3.    Aspek sosial dan lingkungan, artinya suatu bentuk investasi hendaknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang akan datang.
4.    Aspek pengharapan kepada ridha Allah, artinya suatu bentuk investasi tertentu itu dipilih adalah rangka mencapai ridha Allah.
2.5  Faktor-Faktor Pendorong Investasi
Pada dasarnya, terdapat tiga elemen dasar untuk memahami faktor pendorong keputusan untuk melakukan investasi (Harmadi, 2016 : 3.17), yaitu :
1.    Faktor pendapatan
Sebuah investasi akan memberikan tambahan penghasilan yang lebih besar jika investasi ini mampu membuat perusahaan berhasil menjual produknya lebih banyak. Salah satu pertimbangan penting dari dilakukannya investasi adalah tingkat output yang akan dihasilkan perekonomian secara keseluruhan. Jika pendapatan perekonomian menungkat, kecenderungan yang terjadi adalah ikut meningkatkan investasi. Salah satu teori terpenting terkait dengan perilaku investasi ini adalah teori tentang prinsip percepatan “accelerator principle”. Prinsip ini mengungkapkan bahwa tingkat investasi akan sangat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dari output. Investasi akan tinggi ketika output mengalami pertumbuhan, dan sebaliknya investasi akan rendah jika output turun.
2.    Faktor biaya
Faktor kedua yang berperan penting dalam menentukan tingkat investasi adalah biaya investasi. Biaya yang butuhkan untuk investasi lebih kompleks dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli barang-barang lainnya. Hal ini karena investasi berlangsung untuk jangka waktu yang lama, sehingga sulit untuk memperkirakan biaya yang kira-kira akan muncul.
Yang termasuk biaya investasi ini diantaranya adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga perlu dipertimbangkan sebagai biaya saat berinvestasi (misalnya  dengan pembeli mesin produksi), terutama jika dana yang dipakai berasal dari  pinjaman bank, tentu ada kewajiban investor untuk membayar bunga atas dana pinjaman tersebut sampai jangka waktu tertentu. Biaya lain yang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi adalah pajak yang diberlakukan pemerintah. Makin tinggi tingkat pajak tentu akan menambah biaya investasi, yang akhirnya dapat melemahkan keinginan investor untuk melakukan investasi.
3.    Faktor ekspektasi
Faktor ketiga dalam menentukan tingkat investasi adalah ekspektasi/dugaan investor terhadap hasil yang akan diperoleh dari investasi. Optimisme investor akan memperkuat keinginan investor untuk melakukan investasi.

2.6  Sumber Risiko Investasi
Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindari dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari risiko.
Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko yang dimaksud (Ahmad, 2004 : 4-5), antara lain :
1.        Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan.
2.        Risiko daya beli, disebabkan inflasi.
3.        Risiko pasar bear dan bull, tren pasar turun dan naik.
4.        Risiko manajemen, kesalahan/keliruan dalam pengelolaan.
5.        Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan.
6.        Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva.
7.        Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten.
8.        Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva.
9.        Risiko politik, baik internasional maupun nasional.
10.    Risiko industri, munculnya saingan produk homogen.









BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu, pertama investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua, investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi.
Tujuan seseorang melakukan investasi ialah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak.
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan, yakni menentukan kebijakan, analisis sekuritas, pembentukan portofolio, melakukan revisi portofolio dan evaluasi kinerja portofolio.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi Dan Portofolio. Jakarta: PT Rineka Cipta
Fahmi, Irham. 2006. Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Politik. Bandung: PT Refika Aditama
Ghufron, Sofiniyah. 2005. Sistem Keuangan dan Investasi Syariah. Jakarta: Renaisan
Harmadi, Sonny Harry B. 2016. Pengantar Ekonomi Makro. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta