DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3
Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
1.4
Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Defini Investasi ............................................................................ 4
2.2 Tujuan Investasi............................................................................ 5
2.3 Proses Investasi............................................................................. 6
2.3.1 Dasar Keputusan Investasi ................................................. 7
2.3.2 Proses Keputusan Investasi ................................................ 8
2.4 Prinsip-Prinsip Investasi Syariah.................................................. 10
2.5 Faktor-faktor Pendorong Investasi ............................................. 11
2.6 Sumber
Risiko Investasi ............................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Maha
suci Allah dan segala puji bagi-Nya,
sebanyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, setimbangan arsyi-Nya, dan
sebanyak tinta (bagi kata-kata-Nya). Memang Islam
adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama yang membawa rahmat bagi
semesta alam, bagi semua umat tanpa dibatasi oleh ruang maupun waktu. Ajarannya
mencakup semua aspek kehidupan tidak terkecuali ekonomi. Pengembangan ekonomi berbasis manusia sebagai konsep ekonomi
Islam serta diikuti dengan aplikasinya merupakan kebutuhan bila ingin
menyelamatkan bangsa dari keterpurukan, karena pada dasarnya tujuan pembangunan
ekonomi adalah mengoptimalkan harkat hidup manusia dalam mewujudkan pembangunan
di segala bidang dengan cara yang halal-thayyibah.
Untuk
membangun ekonomi bangsa, dibutuhkan usaha besar oleh setiap individu manusia.
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk ber-muamalah seperti halnya berbisnis. Salah satu solusi Islam untuk meningkatkan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah Investasi. Islam
telah mengatur suatu mekanisme dalam pengembangan harta, serta menjelaskan
hukum-hukum yang harus dipatuhi atau dilarang untuk dikerjakan, dan salah satu
usaha untuk pengembangan harta kekayaan adalah melalui kegiatan investasi.
Hukum asal bidang muamalah menjelaskan
jika seseorang boleh berkreativitas, berinovasi seluas-luasnya sepanjang tidak
ada dalil yang melarangnya baik itu dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah. Sehingga, investasi sebagai suatu aktivitas
muamalah juga tidak terlepas dari kaidah tersebut. Islam sangat mendorong manusia untuk melakukan investasi, hal ini
dilatarbelakangi oleh landasan ajaran perintah untuk membayar
zakat bagi orang yang memiliki aset yang tidak produktif, sebaliknya
aset yang dikelola secara produktif tidak dikenakan kewajiban zakat. Zakat baru
akan dipungut dari hasil yang telah diperoleh melalui investasi tersebut.
Setiap individu pada dasarnya memerlukan
investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan
memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di
masa depannya. Dengan kata lain, investasi akan memberikan kemaslahahatan untuk
kesejahteraan hidup manusia.
Berdasarkan sejarahnya,
dunia investasi mulai semakin ramai pada waktu kegiatan pencarian tanah jajahan
dilakukan oleh negara-negara Eropa. Berita tentang penemuan dunia baru dan
lahirnya berbagai ilmu pengetahuan baru membuat investasi mulai berkembang
pesat. Keinginan untuk menjadi pengusaha di tanah penemuan baru membuat
berbagai pihak di Eropa berlomba-lomba untuk berinvestasi di tanah tersebut.
Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan
perekonomian, corak dan ragam investasi juga mulai mengalami
perkembangan, dari investasi yang bersifat kebendaan dan dilakukan secara
langsung menjadi investasi terhadap modal atau bentuk-bentuk investasi baru
seperti surat berharga, saham, obligasi dan lain-lain.
Dalam berinvestasi
tentunya tidak dapat lepas dari resiko. Karena dalam setiap investasi pasti
terdapat resiko yang besarnya tergantung dari jenis investasi tersebut dan
pengetahuan para pihak yang terlibat dalam investasi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
untuk membahas lebih lanjut mengenai Investasi dengan mengangkat judul
“Pengertian Investasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian Investasi ?
2. Apa tujuan dari Investasi ?
3. Bagaimana proses investasi ?
4. Apa saja prinsip-prinsi investasi syariah ?
5. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pendorong investasi ?
6. Apa saja sumber risiko dari investasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu investasi.
2. Untuk mengetahui tujuan investasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses investasi.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip investasi syariah.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong investasi.
6. Untuk mengetahui sumber risiko investasi.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang investasi.
2. Membantu mahasiswa dan pembaca lainnya untuk sadar pentingnya mempelajari Investasi.
3. Menyelesaikan tugas mata Kuliah Investasi Syariah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Investasi
Kata investasi merupakan kata adopsi dari
bahasa Inggris, yaitu investment.
Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam
kamus istilah Pasar modal dan Keuangan kata investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Dan dalam Kamus
Lengkap Ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan
bentuk-bentuk kekayaan seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan
dapat di tahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan
(Huda dan Nasution, 2007 : 7).
Pendapat lainnya menjelaskan investasi adalah
komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat
ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,
2001:1). Sedangkan menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1
Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk
menumbuhkan kekayaan (accretion of wealth)
melalui distribusi hasil investasi seperti bunga, royalti, deviden, dan uang
sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan
yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan,
persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi.
Lebih jauh di dalam PSAK Nomor 13 dalam
Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Oktober 2014 juga menjelaskan tentang beberapa
pengertian dari hal-hal berikut.
a. Investasi
lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama setahun atau kurang.
b. Investasi
jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar.
c. Investasi
properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan atau
dioperasikan oleh perusahaan yang berinvestasi atau perusahaan lain dalam group
yang sama dengan perusahaan yang berinvestasi.
d. Investasi
dagang adalah investasi yang ditunjukan untuk mempermudah atau mempertahankan
bisnis atau hubungan perdagangan.
Dari Penjelasan tersebut,
investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan
keuntungan dengan cara menempatkan dana pada alokasi yang diperkirakan akan
memberikan tambahan keuntungan atau coumpouding
(Fahmi, 2006 : 2). Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar
sekarang untuk dolar masa depan. Ini berarti adalah penanaman modal saat ini
untuk diperoleh manfaatnya di masa depan (Huda dan Nasution, 2007 : 8)
Dalam aktivitasnya, menurut
william f. Sharpe investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu,
pertama investasi nyata (real investment)
secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua,
investasi keuangan (financial investment)
melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi. Kedua bentuk
investasi ini, William F. Sharpe menegaskan, pada perekonomian primitif hampir
semua investasi lebih condong pada investasi nyata, sedangkan pada perekonomian
modern, lebih banyak dilakukan investasi keuangan (Fahmi, 2006 : 3).
2.2 Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan
moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai
saat ini pendapatan masa datang. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari
aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari
tabungan.
Bagi investor yang mengurangi konsumsinya
saat ini, maka akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana
yang berasal dari tabungan tersebut, jika diinvestasikan akan memberikan
harapan meningkatnya kemampuan konsumsi investor di masa yang akan datang, yang
diperoleh dari meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.
Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan
mengapa seseorang melakukan investasi (Ahmad, 2004 : 3-4), antara lain adalah:
1. Untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan
berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidak-tidaknya berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa
yang akan datang.
2. Mengurangi
tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau hak miliknya tidak
merosok nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3. Dorongan
untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.3 Proses Investasi
Proses investasi meliputi pemahaman
dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas
dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang
investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang
akan dibuat. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman
hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi.
Hubungan risiko dan return yang diharapkan
dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya
semakin besar risiko yang harus
ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Hubungan seperti
itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi
pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Di samping
memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat
risiko yang harus ditanggung (Tandelilin, 2001: 5).
2.3.1
Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari
tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko, serta hubungan antara return
dan risiko. Pada dasarnya, alasan utama orang berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan
investasi disebut sebagai return. Seorang investor yang menuntut tingkat return
tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya memang salah satu hal yang
sangat wajar. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya
merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity
cost) dan resiko daya beli akibat
adanya pengaruh inflasi.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu
dibedakan antara return yang diharapkan (expected
return) dan return yang terjadi (realized
return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi
investor di masa yang akan datang. Sedangkan return yang terjadi atau return
aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
Ketika investor menginvestasikan dananya, dia
akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah
berlalu maka investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang
sesungguhnya dia terima. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat
return aktual yang akan diperoleh investor dari investasi yang dilakukan
mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return
yang benar-benar diterima (return aktual) merupakan risiko yang harus selalu
dipertimbangkan dalam proses investasi.
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan
return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada
hal penting yang harus selalu dipertimbangkan oleh investor, yaitu berapa besar
risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Pada umumnya, semakin
besar risiko maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Risiko
bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan.
Dalam ilmu ekonomi dan ilmu investasi pada
umumnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor
yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor
yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai risk averse investors. Investor yang
seperti ini tidak akan mau mengambil risiko dalam berinvestasi jika investasi
tersebut tidak memberikan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko
yang harus ditanggung oleh investor tersebut.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat
tergantung kepada preferensi investor tersebut terhadap risiko. Investor yang
lebih berani akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh
harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor
yang tidak mau menangggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
Hubungan antara risiko dan return yang
diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin
besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas aset
tersebut, demikian sebalinya (Tandelilin, 2001 : 6-7).
2.3.2 Proses Keputusan Investasi
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi
membutuhkan proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut
sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang
akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan
investasi (Huda dan Nasution, 2007 : 9-10), antara lain:
1.
Menentukan kebijakan
Pada
tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya
yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para
investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh
banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang
berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik
dalam keuntungan maupun risiko.
2.
Analisis sekuritas
Pada
tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian
terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah
satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengindentifikasi
sekuritas yang salah harga (mispriced).
Adapun pendapat lainnya mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah
wajar karena mereka berasumsi bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian,
pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas kesalahan harga tetapi didasarkan
atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.
3.
Pembentukan portofolio
Pada
tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi
aset khusus mana yang akan dinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar
investasi pada tiap aset tersebut. Di sini masalah selektivitas, penentuan
waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Dalam
investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan
berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk
portofolio. Selektivitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap
sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga
saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi
perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian
rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatiakn batasan tertentu.
4.
Melakukan revisi portofolio
Pada
tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah
sebelumnyan. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi
lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.
5.
Evaluasi kinerja portofolio
Pada
tahapan terakhir ini, investor melalukan penilaian terhadap kinerja portofolio
secara periodik dalam arti tidak hanya return
yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran
yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.
2.4 Prinsip-prinsip Investasi Syariah
Investasi yang diakui oleh hukum positif yang
berlaku belum tentu sesuai dengan prinsip Islam. Ada beberapa aspek yang
dimiliki dalam berinvestasi menurut pandangan Islam (Ghufron, 2005 : 17-18),
yaitu :
1. Aspek
material atau finansial, artinya suatu bentuk investasi hendaknya menghasilkan
manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
2. Aspek
kehalalan, artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang maupun
prosedur yang syubhat atau haram.
Suatu investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya kepada kesesatan
serta sikap dan perilaku destruktif secara individu maupun sosial. Aspek
kehalalan investasi mencakup hal-hal berikut :
a. Niat atau
Motivasi : Motivasi yang halal ialah transaksi yang berorientasi kepada hasil
yang win-win, yaitu saling memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi.
b. Transaksi :
Transaksi bisnis yang dibenarkan adalah memenuhi syarat sebagai berikut, pihak
yang bertransaksi adalah mereka yang memiliki kesadaran dan pemahaman akan
bentuk dan konsekuensi transaksi, barang atau jasa yang ditransaksi adalah
benda atau jasa yang halal dan diketahui karakteristik oleh para pihak yang
terlibat, bentuk transaksi jelas, baik secara lisan maupun tulisan dan bisa
dipahami oleh para pihak yang terlibat, serta adanya kerelaan dari para pihak
yang terlibat dalam transaksi tersebut.
3. Aspek sosial
dan lingkungan, artinya suatu bentuk investasi hendaknya memberikan kontribusi
positif bagi masyarakat banyak dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat
ini maupun yang akan datang.
4. Aspek
pengharapan kepada ridha Allah, artinya suatu bentuk investasi tertentu itu
dipilih adalah rangka mencapai ridha Allah.
2.5 Faktor-Faktor Pendorong Investasi
Pada dasarnya, terdapat tiga elemen dasar untuk memahami faktor
pendorong keputusan untuk melakukan investasi (Harmadi, 2016 : 3.17), yaitu :
1.
Faktor pendapatan
Sebuah investasi akan memberikan tambahan penghasilan yang lebih besar
jika investasi ini mampu membuat perusahaan berhasil menjual produknya lebih
banyak. Salah satu pertimbangan penting dari dilakukannya investasi adalah
tingkat output yang akan dihasilkan perekonomian secara keseluruhan. Jika
pendapatan perekonomian menungkat, kecenderungan yang terjadi adalah ikut
meningkatkan investasi. Salah satu teori terpenting terkait dengan perilaku
investasi ini adalah teori tentang prinsip percepatan “accelerator principle”.
Prinsip ini mengungkapkan bahwa tingkat investasi akan sangat ditentukan oleh
tingkat pertumbuhan dari output. Investasi akan tinggi ketika output mengalami
pertumbuhan, dan sebaliknya investasi akan rendah jika output turun.
2.
Faktor biaya
Faktor kedua yang berperan penting dalam menentukan tingkat investasi
adalah biaya investasi. Biaya yang butuhkan untuk investasi lebih kompleks
dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk membeli barang-barang lainnya.
Hal ini karena investasi berlangsung untuk jangka waktu yang lama, sehingga
sulit untuk memperkirakan biaya yang kira-kira akan muncul.
Yang termasuk biaya investasi ini diantaranya adalah tingkat suku
bunga. Tingkat suku bunga perlu dipertimbangkan sebagai biaya saat berinvestasi
(misalnya dengan pembeli mesin
produksi), terutama jika dana yang dipakai berasal dari pinjaman bank, tentu ada kewajiban investor
untuk membayar bunga atas dana pinjaman tersebut sampai jangka waktu tertentu.
Biaya lain yang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi adalah pajak
yang diberlakukan pemerintah. Makin tinggi tingkat pajak tentu akan menambah
biaya investasi, yang akhirnya dapat melemahkan keinginan investor untuk
melakukan investasi.
3.
Faktor ekspektasi
Faktor ketiga dalam menentukan tingkat investasi adalah
ekspektasi/dugaan investor terhadap hasil yang akan diperoleh dari investasi.
Optimisme investor akan memperkuat keinginan investor untuk melakukan
investasi.
2.6 Sumber Risiko Investasi
Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindari dari
kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari
risiko.
Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah
satu saja. Risiko yang dimaksud (Ahmad, 2004 : 4-5), antara lain :
1.
Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan.
2.
Risiko daya beli, disebabkan inflasi.
3.
Risiko pasar bear dan bull, tren pasar turun dan naik.
4.
Risiko manajemen, kesalahan/keliruan dalam pengelolaan.
5.
Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan.
6.
Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva.
7.
Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali
aset/surat berharga oleh emiten.
8.
Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva.
9.
Risiko politik, baik internasional maupun nasional.
10.
Risiko industri, munculnya saingan produk homogen.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata investasi
merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai
kata dasar dari investment memiliki
arti menanam. investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.
Investasi pada umumnya
dikenal dalam dua bentuk yaitu, pertama investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud, seperti
tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua, investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham
biasa dan obligasi.
Tujuan seseorang
melakukan investasi ialah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa
yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat
pajak.
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan proses dalam
pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan
ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi. Pada
dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan, yakni menentukan
kebijakan, analisis sekuritas, pembentukan
portofolio, melakukan revisi portofolio dan evaluasi kinerja portofolio.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi Dan Portofolio. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Fahmi, Irham. 2006. Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Politik. Bandung:
PT Refika Aditama
Ghufron, Sofiniyah. 2005. Sistem Keuangan dan Investasi Syariah. Jakarta: Renaisan
Harmadi, Sonny Harry B. 2016. Pengantar Ekonomi Makro. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi Pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta