Wednesday, March 24, 2021

Konsep/Pengertian Konsumsi,Konsumen dan Perilaku Konsumen (Muslim dan Non Muslim)

A.Konsumsi

1.1 Pengertian Konsumsi

        Sadono Sukirno mendefinisikan konsumsi sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-jasa akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pekerjaan tersebut.[1]

        Di dalam kehidupannya, sejak awal manusia selalu dituntut untuk bekerja guna memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang bersifat rutin maupun insidentil, seperti makan, minum, pakaian, perumahan, kendaraan, bahan bakar, pendidikan, pengobatan dan lain-lain (sandang, pangan dan papan). Sebagaimana Al-Ghazali pernah mengungkapkan dalam kitabnya Ihya’ “Ulum al-Din: ‚Sesungguhnya manusia disibukkan pada tiga kebutuhan yaitu makanan (pangan), tempat (papan), dan pakaian (sandang). Makanan untuk menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin, serta tempat pakaian, untuk melindunginya dari kerusakan”.[2]

    Semua kebutuhan tersebut dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan dalam menyelenggarakan rumah tangga, sedangkan keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah tangga seseorang.

1.2 Perilaku konsumsi dalam Islam             

Dalam melakukan kegiatan konsumsi, Islam telah mengaturnya secara baik. Prilaku konsumsi dalam islam dibedakan menjadi konsumsi yang dibutuhkan (needs) atau disebut kebutuhan hajat dan konsumsi yang dinginkan (wants) atau disebut syahwat. Konsumsi yang sesuai kebutuhan atau hajat adalah konsumsi terhadap barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan untuk hidup secara wajar. Sedangkan konsumsi yang disesuaikan dengan keinginan atau syahwat merupakan konsumsi yang cenderung berlebihan, mubazir dan boros.

            Kita melihat misalnya dalam hal kebutuhan akan makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan adalah untuk menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin. Namun manusia harus mengetahui bahwa tujuan utama diciptakannya nafsu ingin makan adalah untuk menggerakkannya mencari makanan dalam rangka menutup kelaparan, sehingga fisik manusia tetap sehat dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepada-Nya. Islam selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia diciptakan. Manakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka esensinya pada saat itu tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja.

1.3 Perilaku Konsumsi dalam ekonomi Konvesional

Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya semata. Utility secara bahasa berarti berguna, membantu atau menguntungkan. Pada umumnya teori perilaku konsumsi dalam ekonomi konvesional didasarkan pada pemikiran bahwa konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir kegiatan ekonomi masyarakat. 

1.4 Prinsip Konsumsi Dalam Islam

        Menurut Mannan, perintah Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh 5 prinsip, yaitu:

  1. Prinsip keadilan,
  2.  Prinsip kebersihan,
  3. Prinsip Kesederhanaan,
  4. Prinsip kemurahan hati,
  5. Prinsip moralitas.[3]

1.5  Hal-Hal Yang Mempengaruhi Konsumsi

  1. Selera
  2. Faktor sosial ekonomi, misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan, dan keadaan keluarga. 
  3.  Kekayaan
  4. Keuntungan atau kerugian capital
  5.  Tingkat bunga
  6. Tingkat harga 

1.6 Tujuan Konsumsi

  1. Untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
  2. Untuk mewujudkan kerja sama antaranggota masyarakat dari tersedianya jaminan sosial.
  3. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran diri,keluarga dan masyarakat sebagai bagian aktifitas dan dinamisasi ekonomi.
  4. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber nafkah.
  5. Supaya negara melakukan kewajibannya terhadap warga negara yang masih miskin.[4]

B.Konsumen

2.1 Pengertian Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor.

C.Perilaku Konsumen

3.1 Pengertian Perilaku Konsumen

            perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.[5]

            Jika dilihat dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen irasional.

a.Perilaku Konsumen Rasional

Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:

  1. barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
  2. barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
  3.  mutu barang terjamin;
  4. harga sesuai dengan kemampuan konsumen.

b.Perilaku Konsumen Irasional

            Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:

  1. tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik;
  2. memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen;
  3. ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon;
  4. prestise atau gengsi.

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal pembelian suatu barang atau jasa. Yaitu:

a. Faktor Kebudayaan

             Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan symbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat.[6] Budaya memiliki lima dimensi yang diekspresikan dalam perilaku komunitasnya. Yaitu:

1. Dimensi Materialistik

            Dimensi ini menentukan materi atau teknologi yang dibutuhkan seseorang untuk mengupayakan kehidupan.

2. Dimensi institusi sosial

            Adanya keguyuban dalam keluarga, adanya kelas sosial dan bagaimana orang menjadi konsumen yang baik, semua itu merupakan dimensi institusi sosial dan budayanya.

3. Dimensi hubungan antara manusia dengan alam semesta

            Termasuk dalam dimensi ini adalah sistem keyakinan, agama, dan nilai-nilai. Misalnya nilai-nilai pernikahan di negara barat beda dengan negara timur.

4. Dimensi estetik

            Termasuk dalam dimensi ini adalah kesenian tulis dan bentuk (ukir, pahat), kesenian rakyat, musik, drama dan tari.

5. Bahasa

            Termasuk di dalamnya adalah bahasa verbal dan non verbal, yang merupakan  sarana yang efektif dalam komunikasi pemasaran.[7]

b. Faktor Sosial

1.   Kelompok acuan

            Seseorang yang terdiri dari semua kelompok, yang memiliki pengaruh  langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku  seseorang.[8]

2. Keluarga

Keluarga dalam budaya yang cenderung kolektif sangat menentukan perilaku, pilihan produk dan aktifitas pembelian. Dari keluarganya konsumen belajar dan bersosialisasi untuk menjadi konsumen kelak di kemudian hari[9]

3. Peran dan status

            Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan  status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.[10]

c. Faktor Pribadi

1. Usia dan tahap siklus hidup

            Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan        mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia.     Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga.[11]

2. 


Pekerjaan

            Setiap orang memiliki cita-cita tertentu tentang pekerjaannya. Namun, banyak        yang tidak dapat merealisasikan cita-cita itu. Orang bisa bekerja sesuai dengan           cita-citanya atau tidak, namun yang jelas ia memerlukan barang-barang yang        sesuai pekerjaannya.

7.                  Gaya hidup

            Secara sederhana, seperti yang dikatakan Rhenald Kasali (2001), gaya hidup          adalah bagaimana orang menghabiskan waktu dan uangnya. Artinya, pemasar            bisa menganalisis gaya hidup seseorang dari bagaimana orang itu beraktivitas yaitu menjalankan tuntutan pekerjaannya, memenuhi hasratnya untuk          melakukan berbagai hobinya, berbelanja, maupun melakukan olahraga   kegemarannya.[12]

8.                  Kepribadian dan konsep diri

            Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia, perbedaan karateristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan karakteristik tersebut akan   mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya secara konsisten.   Kepribadian biasanya dijelaskan dengan ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan          diri, dominasi, otonomi, perbedaan, kondisi sosial, dan juga kemampuan         beradaptasi.[13]

d. Faktor Psikologis

9.                  Motivasi

            Motivasi adalah dorongan kebutuhan yang menyebabkan seseorang            melakukan tindakan. Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak     cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu saat      tertentu.

 

3.2 perilaku konsumen Muslim

            Perilaku konsumen muslim adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh seorang muslim dimana dalam memenuhi kebutuhannya tidak sekadar memenuhi kebutuhan individual (materi), tetapi juga memenuhi kebutuhan sosial (spiritual). Konsumen muslim ketika mendapatkan penghasilan rutinnya, baik mingguan, bulanan, atau tahunan, ia tidak berpikir pendapatan yang sudah di raihnya itu harus di habiskan untuk dirinya sendiri, tetapi karena kesadarannya bahwa ia hidup untuk mencari ridha Allah, sebagian pendapatannya dibelanjakan di jalan Allah (Fi Sabilillah).[14]

            Dengan demikian seorang muslim dalam perilaku konsumsinya akan dipengaruhi faktor akidah, ibadah, akhlak dan keseimbangan. Makna ibadah tidak hanya dipahami sebagai pelaksanaan kewajiban ibadah ritual saja. Namun melakukan amal kebaikan juga ibadah, memberi manfaat kepada yang lain adalah ibadah.[15] Faktor keseimbangan dalam berkonsumsi juga penting karena dalam Islam konsumen muslim dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dan dapat mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan juga ukhrawinya.[16]

 

 

3.3 perilaku konsumen Non muslim

Perilaku Konsumen  Non Muslim adalah suatu konsep tindakan yang mempelajari bagaimana individu, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan produk (barang atau jasa) yang dapat memberikan kepuasan, kebutuhan dan keinginan.



[1] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 337.

[2] al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din,Juz II, (Kairo: Dar al-Ulum al-Arabiyah, tt.), 62.

[3] Mannan, MA. op.cit., h. 45

[4] Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip ekonomi islam, (Jakarta: Erlangga), 88.

[5] http://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/viewFile/16335/16327

[6] James F, Engel, et. al, Perilaku Konsumen Jilid 1, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994, hlm.69

[7] ibid, hlm. 185

[8] Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Op. Cit, hlm.187

[9] Op. Cit, hlm. 147

 

[10] Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm. 9

 

[11] Ibid, hlm.10

[12]Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 5

[13] Philip Kotler, Op. Cit, hlm. 236

[14]http://zainuddion.blogspot.com/2009/09/kebijakan-konsumen.html diunduh 10 oktober 2012 pukul 19.09

[15] http://jurnalekis.blogspot.com di unduh 10 Maret 2013 pukul. 18.58

[16] Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 7

No comments:

Post a Comment