A.Konsumsi
1.1 Pengertian Konsumsi
Sadono Sukirno mendefinisikan konsumsi sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-jasa akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pekerjaan tersebut.[1]
Di dalam kehidupannya, sejak awal manusia selalu dituntut untuk bekerja guna memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang bersifat rutin maupun insidentil, seperti makan, minum, pakaian, perumahan, kendaraan, bahan bakar, pendidikan, pengobatan dan lain-lain (sandang, pangan dan papan). Sebagaimana Al-Ghazali pernah mengungkapkan dalam kitabnya Ihya’ “Ulum al-Din: ‚Sesungguhnya manusia disibukkan pada tiga kebutuhan yaitu makanan (pangan), tempat (papan), dan pakaian (sandang). Makanan untuk menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin, serta tempat pakaian, untuk melindunginya dari kerusakan”.[2]
Semua kebutuhan tersebut dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan dalam menyelenggarakan rumah tangga, sedangkan keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah tangga seseorang.
1.2 Perilaku konsumsi dalam Islam
Dalam melakukan kegiatan konsumsi,
Islam telah mengaturnya secara baik. Prilaku konsumsi dalam islam dibedakan menjadi
konsumsi yang dibutuhkan (needs) atau disebut kebutuhan hajat dan
konsumsi yang dinginkan (wants) atau disebut syahwat.
Konsumsi yang sesuai kebutuhan atau hajat adalah konsumsi
terhadap barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan untuk hidup secara wajar.
Sedangkan konsumsi yang disesuaikan dengan keinginan atau syahwat merupakan
konsumsi yang cenderung berlebihan, mubazir dan boros.
Kita melihat misalnya dalam hal kebutuhan akan makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan adalah untuk menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin. Namun manusia harus mengetahui bahwa tujuan utama diciptakannya nafsu ingin makan adalah untuk menggerakkannya mencari makanan dalam rangka menutup kelaparan, sehingga fisik manusia tetap sehat dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepada-Nya. Islam selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia diciptakan. Manakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka esensinya pada saat itu tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja.
1.3 Perilaku Konsumsi dalam ekonomi
Konvesional
Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya semata. Utility secara bahasa berarti berguna, membantu atau menguntungkan. Pada umumnya teori perilaku konsumsi dalam ekonomi konvesional didasarkan pada pemikiran bahwa konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir kegiatan ekonomi masyarakat.
1.4 Prinsip Konsumsi Dalam Islam
Menurut Mannan, perintah Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh 5 prinsip, yaitu:
- Prinsip keadilan,
- Prinsip kebersihan,
- Prinsip Kesederhanaan,
- Prinsip kemurahan hati,
- Prinsip moralitas.[3]
1.5 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Konsumsi
- Selera
- Faktor sosial ekonomi, misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan, dan keadaan keluarga.
- Kekayaan
- Keuntungan atau kerugian capital
- Tingkat bunga
- Tingkat harga
1.6 Tujuan Konsumsi
- Untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
- Untuk mewujudkan kerja sama antaranggota masyarakat dari tersedianya jaminan sosial.
- Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran diri,keluarga dan masyarakat sebagai bagian aktifitas dan dinamisasi ekonomi.
- Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber nafkah.
- Supaya negara melakukan kewajibannya terhadap warga negara yang masih miskin.[4]
B.Konsumen
2.1 Pengertian Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor.
C.Perilaku Konsumen
3.1 Pengertian Perilaku Konsumen
perilaku konsumen menurut Loudon dan
Della Bitta (1993) adalah: “Consumer
behavior may be defined as the decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods
and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan
keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang
dan jasa-jasa.[5]
Jika
dilihat dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi
dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen irasional.
a.Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
- barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
- barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
- mutu barang terjamin;
- harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
b.Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:
- tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik;
- memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen;
- ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon;
- prestise atau gengsi.
3.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Ada
beberapa faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal pembelian
suatu barang atau jasa. Yaitu:
a.
Faktor Kebudayaan
Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan symbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat.[6] Budaya memiliki lima dimensi yang diekspresikan dalam perilaku komunitasnya. Yaitu:
1. Dimensi Materialistik
Dimensi ini menentukan materi atau teknologi yang dibutuhkan seseorang untuk mengupayakan kehidupan.
2. Dimensi institusi sosial
Adanya keguyuban dalam
keluarga, adanya kelas sosial dan bagaimana orang menjadi konsumen yang baik, semua itu merupakan dimensi
institusi sosial dan budayanya.
3. Dimensi hubungan antara manusia dengan
alam semesta
Termasuk dalam dimensi ini adalah
sistem keyakinan, agama, dan nilai-nilai. Misalnya
nilai-nilai pernikahan di negara barat beda dengan negara timur.
4. Dimensi estetik
Termasuk dalam dimensi ini adalah kesenian tulis dan bentuk (ukir, pahat), kesenian rakyat, musik, drama dan tari.
5. Bahasa
Termasuk di dalamnya adalah bahasa verbal dan non verbal, yang merupakan sarana yang efektif dalam komunikasi pemasaran.[7]
b.
Faktor Sosial
1. Kelompok acuan
Seseorang yang terdiri dari semua
kelompok, yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.[8]
2. Keluarga
Keluarga dalam budaya yang cenderung kolektif sangat menentukan perilaku, pilihan produk dan aktifitas pembelian. Dari keluarganya konsumen belajar dan bersosialisasi untuk menjadi konsumen kelak di kemudian hari[9]
3. Peran dan status
Posisi seseorang dalam tiap kelompok
dapat ditentukan dari segi peran dan status.
Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.[10]
c.
Faktor Pribadi
1. Usia dan tahap siklus hidup
Orang akan mengubah barang dan jasa
yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka.
Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup
keluarga.[11]
2.
Pekerjaan
Setiap orang memiliki cita-cita
tertentu tentang pekerjaannya. Namun, banyak yang
tidak dapat merealisasikan cita-cita itu. Orang bisa bekerja sesuai dengan cita-citanya atau tidak, namun yang
jelas ia memerlukan barang-barang yang sesuai
pekerjaannya.
7.
Gaya hidup
Secara sederhana, seperti yang
dikatakan Rhenald Kasali (2001), gaya hidup adalah
bagaimana orang menghabiskan waktu dan uangnya. Artinya, pemasar bisa menganalisis gaya hidup
seseorang dari bagaimana orang itu beraktivitas yaitu menjalankan tuntutan pekerjaannya, memenuhi hasratnya untuk melakukan berbagai hobinya, berbelanja,
maupun melakukan olahraga kegemarannya.[12]
8.
Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian berkaitan dengan adanya
perbedaan karakteristik yang paling dalam
pada diri manusia, perbedaan karateristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan
karakteristik tersebut akan mempengaruhi
respon individu terhadap lingkungannya secara konsisten. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan
ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, perbedaan, kondisi sosial, dan juga kemampuan beradaptasi.[13]
d.
Faktor Psikologis
9.
Motivasi
Motivasi adalah dorongan kebutuhan
yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan. Kebanyakan dari kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk
bertindak pada suatu saat tertentu.
3.2 perilaku konsumen Muslim
Perilaku konsumen muslim adalah
suatu perilaku yang dilakukan oleh seorang muslim dimana dalam memenuhi
kebutuhannya tidak sekadar memenuhi kebutuhan individual (materi), tetapi juga
memenuhi kebutuhan sosial (spiritual). Konsumen muslim ketika mendapatkan
penghasilan rutinnya, baik mingguan, bulanan, atau tahunan, ia tidak berpikir
pendapatan yang sudah di raihnya itu harus di habiskan untuk dirinya sendiri,
tetapi karena kesadarannya bahwa ia hidup untuk mencari ridha Allah, sebagian
pendapatannya dibelanjakan di jalan Allah (Fi Sabilillah).[14]
Dengan demikian seorang muslim dalam
perilaku konsumsinya akan dipengaruhi faktor akidah, ibadah, akhlak dan keseimbangan.
Makna ibadah tidak hanya dipahami sebagai pelaksanaan kewajiban ibadah ritual
saja. Namun melakukan amal kebaikan juga ibadah, memberi manfaat kepada yang
lain adalah ibadah.[15]
Faktor keseimbangan dalam berkonsumsi juga penting karena dalam Islam konsumen
muslim dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dan dapat mengalokasikan
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan juga ukhrawinya.[16]
3.3 perilaku konsumen Non muslim
Perilaku Konsumen
Non Muslim adalah suatu konsep tindakan yang mempelajari bagaimana
individu, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan produk (barang atau
jasa) yang dapat memberikan kepuasan, kebutuhan dan keinginan.
[1]
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 337.
[2]
al-Ghazali,
Ihya’ ‘Ulum al-Din,Juz II, (Kairo:
Dar al-Ulum al-Arabiyah, tt.), 62.
[3]
Mannan, MA. op.cit., h.
45
[4]
Lukman
Hakim, Prinsip-Prinsip ekonomi islam, (Jakarta:
Erlangga), 88.
[5]
http://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/viewFile/16335/16327
[6]
James
F, Engel, et. al, Perilaku Konsumen Jilid 1, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1994, hlm.69
[7]
ibid,
hlm. 185
[8]
Philip
Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Op. Cit,
hlm.187
[9]
Op.
Cit,
hlm. 147
[10]
Bilson
Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2002, hlm. 9
[11] Ibid,
hlm.10
[12]Taufiq
Amir, Dinamika Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm.
5
[13] Philip
Kotler, Op. Cit, hlm. 236
[14]http://zainuddion.blogspot.com/2009/09/kebijakan-konsumen.html
diunduh 10 oktober 2012 pukul 19.09
[15] http://jurnalekis.blogspot.com
di unduh 10 Maret 2013 pukul. 18.58
[16]
Muhammad
Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam,
Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, hlm. 7